PEMBUATAN TEMPE
Tempe merupakan makanan tradisional
Indonesia, terutama di pulan jaea. Teknik pembuatan tempe ini telah diketahui
sejak sebelum tahun 1900, tetapi prosedur pembuatannya masih sederhana. Banyak
bahan dasar yang dapat digunakan dalam pembuatan tempe, tetapi yang banyak
dikenal adalah tempe dari kedelai. Untuk memperoleh tempe yang berkualitas
baik, maka kedelai yang digunakan juga harus yang berkualitas baik dan tidak
tercampur dengan bahan lain, seperti jagung, kacang hijau dan biji-bijian
lainnya. Selain itu, prosedur pengolahan harus dilakukan dengan tepat.
Proses pembuatan tempe pada dasarnya
adalah proses menumbuhkan spora jamur tempe, yaitu Rhizopus sp., pada biji kedelai. Dalam pertumbuhannya, Rhizopus sp. membentuk benang-benang
yang disebut sebagai benang hifa. Benang-benang hifa ini mengikatkan biji
kedalai yang satu dengan biji kedelai lainnya, sehingga biji-biji kedelai ini
membentuk suatu massa yang kompak. Massa kedelai inilah yang selanjutnya
disebut sebagai tempe. Selama masa pertumbuhannya, jamur Rhizopus sp. juga menghasilkan enzim yang dapat menguraikan protein
yang terdapat dalam biji kedelai, sehingga protein-protein dalam biji kedelai
ini mudah dicernakan.
Selama masa pertumbuhan
jamur Rhizopus sp. Selain Rhizopus, diperkirakan banyak jenis
mkiroorganisme lain yang mungkin turut campur, tetapi tidak menunjukkan
aktifitas yang nyata. Namun demikian, aktifitas yang nyata dari mikroorganisme
yang mungkin turut campur ini akan terlihat setelah aktifitas pertumbuhan Rhizopus sp. melampaui masa optimumnya, yakni setelah
terbentuknya spora-spora baru yang berwarna putih-kehitaman. Hal ini dapat
diketahui, terutama pada tempe yang dibiarkan atau disimpan dalam suhu kamar,
yaitu dengan terciumnya bau amoniak. Adanya bau amoniak pada tempe menunjukkan
bahwa tempe tersebut mulai mengalami pembusukan. Bau amoniak ini masih terasa
sekalipun tempe telah dimasak, sehingga dapat menurunkan cita rasa konsumen.
Oleh karena itu, agar diperoleh tempe yang berkualitas baik dan tahan agak
lama, maka selama proses pembuatan tempe perlu diperhatikan mengenai sanitasi
dan kemurnian bibit (inokulum) yang akan digunakan.
1 ALAT
1. Waskom
2. Ayakan
3. Dandang
4. Kipas
5. Cukil kayu
6. Tampah
7. Kompor
8. Peralatan lain yang diperlukan
2 BAHAN
1. Kacang kedelai
2. Ragi tempe atau biakan murni Rhizopus sp.
3. Kantong plastik, atau daun pisang,
atau daun jati.
B.
CARA KERJA
1. Cucilah tampah, ayakan, kipas dan
cukil yang akan digunakan, kemudian dikeringkan2.
2. kacang kedelai dari bahan-bahan lain yang tercampur, kemudian cuci hingga bersih
3. Rendam kacangkedelai yang telah dicuci bersih selama 12-18 jam dengan air bersuhu sekitar 700C.
4. Lepaskan kulit biji kedelai, kemudian cuci atau bilas dengan menggunakan air bersih.
5. Kukus atau rebus biji kedelai tersebut sampai terasa empuk.
6. Setelah biji kedelai terasa empuk, letakkan biji-biji tersebut pada tampah yang telah dibersihkan, kemudian kipasi sambil diaduk-aduk hingga biji-biji tersebut terasa hangat.
7. Taburkan ragi tempe yang telah disiapkan sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk supaya merata (1,5 gram ragi tempe untuk 2 kg kedelai).
siapkan kantong plastik atau daun pisang atau daun jati untuk pembungkus. Bila kantong plastik yang digunakan sebagai pembungkus, berilah lubang-lubang kecil pada kantong tersebut dengan menggunakanjarum.
8. Masukan kedelai yang telah diberi ragi ke dalam pembungkusnya, atur ketebalannya sesuai dengan selera.
9. Inkubasikan kacang kedelai ini pada suhu kamar selama satu atau dua hari atau hingga seluruh permukaan kacang kedelai tertutupi jamur.
Catatan:
2. kacang kedelai dari bahan-bahan lain yang tercampur, kemudian cuci hingga bersih
3. Rendam kacangkedelai yang telah dicuci bersih selama 12-18 jam dengan air bersuhu sekitar 700C.
4. Lepaskan kulit biji kedelai, kemudian cuci atau bilas dengan menggunakan air bersih.
5. Kukus atau rebus biji kedelai tersebut sampai terasa empuk.
6. Setelah biji kedelai terasa empuk, letakkan biji-biji tersebut pada tampah yang telah dibersihkan, kemudian kipasi sambil diaduk-aduk hingga biji-biji tersebut terasa hangat.
7. Taburkan ragi tempe yang telah disiapkan sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk supaya merata (1,5 gram ragi tempe untuk 2 kg kedelai).
siapkan kantong plastik atau daun pisang atau daun jati untuk pembungkus. Bila kantong plastik yang digunakan sebagai pembungkus, berilah lubang-lubang kecil pada kantong tersebut dengan menggunakanjarum.
8. Masukan kedelai yang telah diberi ragi ke dalam pembungkusnya, atur ketebalannya sesuai dengan selera.
9. Inkubasikan kacang kedelai ini pada suhu kamar selama satu atau dua hari atau hingga seluruh permukaan kacang kedelai tertutupi jamur.
Catatan:
Usahakan selama pembuatan tempe tidak sambil bercakap-cakap atau sambil makan.
DAFTAR PUSTAKA
Adi
rahmat, 1994, Bioteknologi Bahan Bakar
(Biotenologi Energi), Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Bandung.
Djumali
Manguneidjaja dan Ani Suryani, 1994, Teknologi
Bioproses, Penebar Swadaya, Jakarta.
Elan
Suherlan, 1994, Bioteknologi Bahan Pangan,
Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Bandung.
-----------------,
Adi Rahmat dan Amprasto, 1995, Pembuatan
Minyak Secara Fermentasi Dengan Menggunakan Jamur Ragi, Fakultas Pendidikan
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam IKIP Bandung.
-----------------,
Ammi Syiulasmi, BR Simangunsongm Toeti S. Pudjiharto, dan Soesy Asyiah, 1994,
Peningkatan Keterampilan Penerapan Pengetahuan Biologi Dalam kehidupan
Sehari-hari Bagi Guru-guru SD di Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung, Laporan Kegiatan Pengabdian Kepada
Masyarakat, Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat IKIP Bandung.
F.G.
Winarno, dkk., 1980, Pengantar Teknologi
Pangan, Gramedia, jakarta
Hartman,
T.H., and D.E Kester, 1968, Plant
Propagation, Prentice hall Inc., Englewood Cleffs, New Jersey.
Hendro
Sunaryono, 1984, Pengantar Pengetahuan
Dasar Hortikultura, Penerbit Sinar Baru, Bandung.
Hieronymus
B. Santoso, 1995, Menjernihkan Air Dengan Biji Kelor, Nova, No. 376/VIII, hal.
XXII.
Lembaga
Fisika Nasional, LIPI, Brosur Pembuatan
Minyak Kelapa Dengan Ragi Roti.
Olsen,
H.S., 1988, Aqueous Enzymatic Extraction Of Oil From Seed, In: Food Science And Technology In Industrial
Development, S. Maneepun et al (ed.), Vol I, bangkok, p.30-37.
Pusat
Pendidikan dan Latihan Pertanian, badan Pendidikan, Latihan dan Penyuluhan
Pertanian, 1975, Lembaran Petunjuk Latihan
Teknologi Makanan, Pendidikan Guru Pertanian, PGP-Kejuruan Teknologi
Makanan, Yogyakarta.
Slesser,
M. and C. Lewis, 1979, Biological Energy
Resources, London, E & F N. Spon Ltd., A Halsted Press Book, John Wiley
& Sons, New York.
Stainier,
R. Y., M. Doudorroff, and E. A. Adelberg, 1970, The Microbial World, Prentice Hal of Japan Inc., Tokyo.
Sub
Balittan Pasar Minggu, 1983, mempertahankan
Kesegaran Buah-buahan dan Sauran, Balai Penelitian Hortikultura Lembang,
bandung.
0 Komentar