CACING PIPIH ITU APA?

A. Ciri-ciri umum Platyhelminthes
  • Hewan triploblastik (memiliki ektoderm, mesoderm dan endoderm) dan aselomata (tidak berrongga antara dinding tubuh dengan saluran pencernaan)
  • Bentuk pipih secara dorsoventralis dan tidak bersegmen, tipe simetri bilateral
  • Sudah memiliki sistem saraf, reproduksi, dan ekresi dan juga pencernaan
  • Di kelompokkan dalam tiga kelas yaitu Turbellaria, Trematoda dan Cestoidea.
 

a.       Kelas Turbellaria
Memiliki silia pada epidermisnya, hampir semua hidup bebas di air laut, tawar, tanah basah. Anggota genus Dugesia atau dikenal sebagai Planaria yang banyak ditemukan sungai atau dasar kolam  yang tak berpolusi (sehingga dijadikan sebagai bioindikator pencemaran air).
1)     Dugesia sp. atau Planaria 
Karakteristik yang dimiliki Planaria berikut ini.
  • Ukuran antara 5-25 mm
  • Hidup di perairan tawar
  • Tubuh tersusun anatra lain kepala, mata, mulut, faring.
  • Bergerak dengan cara meluncur dengan silia
  • Sistem pencernaan sederhana disebut sistem gastrovaskuler dengan ekstraseluler dan intraseluler
  • Daya regenerasi tinggi, setiap potongan tubuhnya dapat menjadi satu tubuh utuh
  • Reproduksi secara aseksual dengan cara pembelahan tubuh (fragmentasi), dan seksual dengan perkawinan silang saling memberi sel sperma melalui porus genitalis
  • Sistem saraf tangga tali
  • Memiliki aurikel, yaitu tonjolan sperti telinga pada sisi kanan dan kiri kepalanya, untuk menerima rangsangan kimia mengetahui letak makanan
  • Sepasang mata (stigma/oceli) pada bagian kepala untuk menerima rangsangan cahaya
  • Sistem ekskresi dilakukan oleh sel api (flame cell); selnya bersilia yang mengalirkan cairan melalui saluran bercabang yang membuka ke bagian luar tubuhnya.a)       Sistem saraf tangga tali
  • Memiliki aurikel, yaitu tonjolan sperti telinga pada sisi kanan dan kiri kepalanya, untuk menerima rangsangan kimia mengetahui letak makanan
  • Sepasang mata (stigma/oceli) pada bagian kepala untuk menerima rangsangan cahaya
  • Sistem ekskresi dilakukan oleh sel api (flame cell); selnya bersilia yang mengalirkan cairan melalui saluran bercabang yang membuka ke bagian luar tubuhnya.
b.       Kelas Trematoda
Cacing kelas ini parasit dan disebut cacing hisap karena memiliki penghisap (sucker) untuk menempelkan diri pada organ internal/eksternal tubuh inangnya. Ciri-ciri cacing Trematoda yaitu:
  • Parasit pada hewan dan manusia 
  • Tidak memiliki alat gerak dan menempel pada tubuh hospes dengan bantuan otot  pengisap pada bagian mulut
  • Sistem pencernaan terdiri atas mulut, faring pengisap, esophagus, dan usus yang  bercabang dua kearah belakang
  • Sistem ekskresi dilakukan oleh sel api
  • Siklus hidup melibakan dua macam hospes yaitu hospes definitive adalah tempat hidup cacing dewasa. Hospes intermediate adalah hospes tempat hidup larva cacing sementara biasanya siput.
  • Mengalami enam tahap perkembangan selama siklus hidupnya, yaitu telur, mirasidium, sporosist, redia, serkaria, dan dewasa.
  • Contoh spesies trematoda yang terkenal adalah Fasciola hepatica (cacing hati), Schistosoma mansoni dan Schistosoma japonicum (cacing darah), Chlonorchis sinensis (cacing hati manusia).
Fase-fase perkembangan Fasciola hepatica
(a)   Fasciola hepatica (cacing hati); Cacing hati ini memiliki daur hidup yang kompleks karena melibatkan sedikitnya dua jenis inang yaitu inang utama (definitif)  berupa vertebrata/manusia dan inang intermediet sebagai perantara berupa siput air Lymnea truncatula. Cacing hati mempunyai karakter yang aneh masih larva mampu membuat keturunan dengan cara fragmentasi saat masih larva atau sering dikenal dengan istilah Paedogenesis. Larvanya berubah 5 kali, 3 kali perubahan dan terjadi Paedogenesis di tubuh siput Lymnea yaitu berupa larva Sporosis - Redia dan Cercaria.
Struktur Fasciola hepatica

     Siklus hidup Fasciola hepatica (Telur-Miracidium-Sporosis-Redia-Cercaria-Metacercaria)
· Di tubuh inang utama (manusia) Cacing dewasa hidup di hati bertelur di usus, telur keluar bersama feses,
· telur bersama faeces terbuang ke air,
· telur menetas jadi larva dengan cilia diseluruh permukaan tubuhnya membentuk larva Mirasidium yang kemudian berenang mencari siput Lymnea ( Mirasidium akan mati bila tidak masuk ke dalam tubuh siput Lymnea).
·  Mirasidium setelah berada di siput berubah menjadi Sporosis (menetap dalam tubuh siput selama 2 minggu).
·  larva-larva bereproduksi secara aseksual dengan Paedogenesis didalam tubuh siput sehinga terbentuk banyak larva,
·  larva sporosis melakukan paedogenesis menjadi beberapa redia,
·  larva Redia melakukan paedogenesis menjadi Cercaria.
· Larva Cercaria kemudian berekor menjadi metacercaria dan segera keluar dari siput berenang mencari tanaman yang ada dipinggir perairan misalnya rumput . Metaserkaria membungkus diri berupa kista yang dapat bertahan lama menempel pada rumput atau tumbuhan air sekitarnya.
·  Apabila rumput tersebut termakan oleh ternak/manusia, maka kista dapat menembus dinding ususnya, kemudian masuk ke dalam hati, saluran empedu dan dewasa di sana untuk beberapa bulan. Cacing dewasa bertelur kembali dan siklus ini terulang lagi.

(b)   Schistosoma (cacing darah); Cacing darah ini bertelur pada pembuluh balik (vena) manusia kemudian menuju ke poros usus (rektum) dan ke kantong air seni (vesica urinaria), selanjutnya telur keluar bersama feses dan urine. Telur berkembang menjadi mirasidium dan masuk ke dalam tubuh siput. Kemudian dalam tubuh siput akan berkembang menghasilkan larva Sporosis-Redia dan Cercaria.  

Cercaria menjadi Metacercaria yang ekornya bercabang. Metacercaria ini dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan dan minuman atau menembus kulit dan dapat menimbulkan penyakit Schistomiasis (banyak terdapat di Afrika dan Asia). Penyakit ini menyebabkan kerusakan dan kelainan fungsi pada hati, jantung, limpa, kantong urine dan ginjal. Schistosoma japonicum dan Schistosoma mansoni saat dewasa masing-masing tinggal di pembuluh vena usus halus dan rektum, sedangkan Schistosoma haematobium pada vena plexus kandung kemih.
 (c)   Chlonorchis sinensis (cacing hati manusia); Cacing ini menginfeksi hati manusia. Struktur tubuh Chlonorchis sinensis sama seperti tubuh pada Fasciola hepatica hanya berbeda pada cabang usus lateral yang tidak beranting. Daur hidup Chlonorchis sinensis pun sama seperti Fasciola hepatica (Telur - Mirasidium - Sporosis - Redia - Cercaria - Metacercaria) hanya saja Metacercaria pada cacing ini masuk ke dalam daging ikan air tawar yang berperan sebagai inang sementara. Manusia akan terinfeksi jika memakan daging ikan mentah yang mengandung Metacercaria cacing ini. Berikut adalah gambar yang menunjukkan siklus hidupnya. 



Struktur Chlonorchis sinensis
c.       Kelas Cestoidea
Cacing ini juga bersifat parasit, saat dewasa hidup pada sistem pencernaan vertebrata termasuk manusia. Berbentuk pita sehingga disebut cacing pita.
Cacing Pita
Mempunyai skoleks (kepala) yang di lengkapi dengan alat isap dan rostelum (kait), dari skoleks ke arah posterior tersusun atas segmen-segmen proglotid yang memanjang merangkai bentuk seperti pita. Panjang tubuh dapat mencapai 20 m atau lebih tersusun atas tiga sampai empat ribu proglotid, tiap proglotid yang sudah matang berisis ribuan telur yang berisi embrio. Cacing tidak mempunyai sistem pencernaan, makanan diserap langsung dari usus inang melalui penyerapan pada permukaan tubuhnya. Cacing ini termasuk hermafrodit dan melangsungkan pembuahan sendiri. 
Contoh spesies yang terkenal adalah Taenia solium, Taenia saginata, Echinococcus dan Dipylidium caninum.
Struktur Taenia solium
 1)     Taenia solium (cacing pita babi)
Tubuh cacing dewasa mempunyai panjang 3-4 m dan mengandung lebih dai 1000 proglotid. Pada bagian skoleks dilengkapi dengan empat alat isap beserta kaitnya. Telur menjadi larva yang akan masuk kedalam aliran darah yang dinamakan onkosfer atau heksakan. Heksakan akan menembus dinding pembuluh darah dan menetap dalam jaringan otot dengan membentuk sista. Sista berkembang menjadi sistiserkus (cacing gelembung) yang dilengakapi dengan skoleks beserta alat isap dan kainya. Jika termakan oleh manusia sistiserkus akan menempel pada usus halus dan berkembang menjadi dewasa. 
Daur Hidup Taenia solium
2)  Dipylidium caninum (cacing pita anjing) cacing dewasa hidup di usus halus anjing, kucing, ataupun manusia, larvanya hidup di kutu kucing dan anjing.
3)  Taenia saginata (cacing pita sapi), sistiserkusnya berada di dalam jaringan otot sapi, dan skoleksnya tidak dilengkapi dengan alat kait.

MATERI DI ATAS DAPAT DIDOWNLOAD DALAM BENTUK PDF, KLIK DISINI !!!

Previous
Next Post »
0 Komentar